Meski dianggap mirip, cacar air dan cacar monyet adalah dua penyakit yang berbeda.
Menurut Madical Daily, cacar monyet disebabkan virus zoonosis, sedangkan cacar air disebabkan virus RNA.
Virus ini tidak parah tetapi menyebabkan ruam pada kulit.
Penyakit cacar monyet dapat menyebar antara hewan dan manusia.
Sementara itu, dilansir dari Independent, cacar air adalah penyakit yang umum dan sangat menular.
Sementara cacar monyet lebih jarang dan tidak mudah menyebar.
Penyebaran kedua virus ini cenderung mirip dengan gejala awal termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, kedinginan dan kelelahan.
Namun, pembengkakan kelenjar getah bening adalah ciri khas cacar monyet, yang tidak ada pada cacar air.
Gejala Cacar Air Pertama, mengutip dari Mayoclinic, setelah ruam akibat cacar air muncul benjolan merah muda atau merah (papula) pecah selama beberapa hari.
Kedua, lepuh kecil berisi cairan (vesikel), yang terbentuk dalam waktu sekitar satu hari dan kemudian pecah dan bocor.
Ketiga, kerak dan keropeng yang menutupi lepuh yang pecah dan membutuhkan beberapa hari untuk dapat sembuh.
Kebanyakan orang yang pernah menderita cacar air atau telah divaksinasi terhadap cacar air akan kebal terhadap virus ini.
Jarang terjadi ataupun terinfeksi cacar air lebih dari sekali.
Melakukan vaksin terhadap cacar air adalah cara terbaik untuk mencegah virus ini.
Gejala Cacar Monyet Gejala awal adalah demam, sakit kepala, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Ini diikuti dengan ruam.
Ruam awalnya terdiri dari bercak datar, kemudian berkembang menjadi bisul yang terangkat dan kemudian menjadi vesikel.
Dengan satu hingga dua hari di setiap fase.
Tahap akhir dari lepuh yang berisikan nanah dapat berlangsung selama lima hingga tujuh hari.
Terakhir, ruam akan sembuh dengan keropeng.
Orang dengan cacar monyet dapat menular ke orang lain dari awal demam sampai menjadi berkeropeng.
Gejala Cacar Monyet, Tidak Hanya Ruam MALINI